Cerpen Berharap Ada Harapan - Sepak Bola

Sabtu, Februari 14, 2015 Unknown 0 Comments

Berharap Ada Harapan
Karya : Adr

Raka, adalah nama yang biasa digunakan teman – temanku untuk memanggilku. Sebenarnya namaku adalah Rafael Razhak, entah kenapa nama itu agak terdengar asing dan teman – temanku pun kesulitan menyebutnya, jadi mereka memanggilku dengan nama lain yaitu, Raka. Sebenarnya hobi ku adalah bermain sepak bola, bahkan aku bercita – cita ingin menjadi pemain sepak bola professional seperti idolaku, yaitu Ricardo Kaka. Selasa, Kamis, dan Minggu, itu adalah hari yang paling ku tunggu – tunggu, karena hari itu merupakan saatnya aku berlatih. Jika hari selasa dan kamis aku berlatih pada sore hari, sedangkan pada hari minggu pada pagi hari.
Memang tempat latihanku agak jauh dari rumah, bahkan bisa dibilang diseberang pulau. Aku perlu naik transportasi umum untuk kesana, dari angkot hingga kapal feri. Tentu aku tidak sendirian, aku memiliki teman yang sependapat dan memiliki cita – cita yang sama denganku. Namanya Alan, dia juga ingin menjadi pemain bola sepertiku. Aku sangat dekat dengannya. Kami berdua selalu berangkat latihan bersama, kita sangat setia kawan, jika salah satu dari kami ada yang tidak bisa berlatih, maka satunya pun juga tidak ikut berlatih. Bahkan diluar waktu latihan pun kami sering menghabiskan waktu bersama, seperti bermain ataupun sekedar berbincang – bincang tentang sepak bola. Sebenarnya bukan hanya kami berdua saja yang berasal dari satu perumahan yang mengikuti latihan itu, ada juga temanku yang lain, hanya saja aku agak sulit berkomunikasi dengan mereka dan juga terkadang mereka sangat sibuk dengan perkerjaan sekolah atau yang lain.
Hari – hariku berjalan seperti biasanya, setiap pulang sekolah pada hari selasa dan kamis aku langsung mengganti pakaian dan mempersiapkan yang lain. Biasanya aku menunggu Alan menjemputku, karena kami berdua telah sepakat jika berangkat kita menggunakan kendaraan milik Alan, jika pulang menggunakan kendaraanku. Hari ini adalah hari minggu, aku sangat senang sekali, sangat tak terasa, seperti hanya ada tiga hari dalam satu minggu, selasa, kamis dan minggu. Aku terbangun dari tidurku dan langsung teringat bahwa hari ini aku harus berlatih. Aku langsung mencuci muka dan bersiap untuk berangkat. Aku jarang sekali meminta ongkos untuk pergi latihan, karena aku selalu menabung dan aku tidak ingin menyusahkan orang tuaku. Hari ini Alan tidak bisa menjemputku, dia menungguku di pelabuhan, jadi aku harus berangkat sendiri.
Pada latihan kali ini aku mendapatkan pelajaran yang berharga, namun ternyata pelajaran itu harus mengorbankan sepatu kesayanganku, sepatuku rusak, solnya hampir lepas dan sepertinya sudah tidak bisa digunakan lagi. Perasaanku sangat sedih bercampur bingung pada saat itu, jika tidak ada sepatu maka aku tidak bisa latihan lagi, sedangkan aku sedang krisis uang saat ini. Jika aku meminta kepada orang tuaku, aku takut mereka tidak membelikannya dan menyuruhku untuk berhenti bermain bola. Aku pulang dengan perasaan sedih, ketika sampai di rumah, aku langsung meletakkan tasku dan langsung mandi. Di kamar mandi, aku terus memikirkan bagaimana jika aku tidak memiliki sepatu baru lagi. Kemudian aku pun tidur dengan perasaan tidak nyaman. Dan keesokan harinya aku terbangun pada pukul 3 pagi karena HP ku berbunyi, setelah kulihat ternyata hari ini adalah hari ulang tahunku. Semangatku pun sedikit kembali, aku berangkat sekolah dengan harapan akan ada yang ingat hari ulang tahunku. Teman – temanku disekolah ingat kepada ulang tahunku, mereka mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku dan menunggu traktiran dariku. Namun tiba – tiba perasaan aneh muncul di kepalaku. “ Ini adalah hari ulang tahunku, mengapa aku justru merasa malah semakin sengsara, sepatu bola ku yang rusak dan belum lagi temanku yang menunggu traktiranku” Resahanku dalam hati.
Sepulang sekolah aku langsung pulang ke rumah, dan ketika aku masuk ke dalam kamarku aku sangat terkejut dan bahkan aku sempat tidak percaya dengan apa yang kulihat. Ada dua bingkisan kado tergeletak di atas kasurku, ukurannya cukup besar dan belum selesai merasa senang dengan apa yang kulihat, tiba – tiba aku dikejutkan dari belakang, tenyata itu ayah, ibu dan adikku, mereka hendak mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Dan mereka menyuruhku membuka kado yang telah mereka berikan, aku sangat senang melihat isi kado itu, sampai – sampai aku ingin menangis hanya saja tidak bisa karena rasa senang yang sangat berlebihan ini. Kado pertama berisi sepatu bola yang sangat bagus dan indah, itu adalah sepatu idamanku dan itu adalah sepatu keluaran baru, aku tidak bisa membayangkan berapa uang yang mereka keluarkan untuk membeli sepatu itu. Aku sangat berterima kasih kepada kedua orang tuaku, namun ditengah kesenangan itu aku bertanya – tanya di dalam hatiku “ dari mana mereka tau bahwa aku menginginkan sepatu bola, bahkan aku tidak meminta kepada mereka”.
Kemudian aku bertanya kepada Ibuku, “ Bu, darimana ibu tau kalo aku pengen sepatu bola ?”.
“ Kemarin waktu kamu tidur ibu menyapu kamarmu dan ibu membereskan sepatumu, kemudian ibu melihat kalo sepatumu sudah robek dan rusak, dan ibu ingat kalau sekarang adalah ulang tahunmu. Jadi tadi pagi ayah membelikanmu sepatu baru.” Jelas Ibu menjawab pertanyaanku. Aku sangat terharu mendengarnya.
“ Mas, itu buka donk kado yang satunya..!!” Sela adikku saat aku sedang terharu.
Kemudian aku membuka kado satunya, kado ini sedikit lebih besar dari sebelumnya, aku pun langsung membukanya sambil berpikir penasaran “ apa ya isi kado ini ?, padahal yang aku minta telah diberikan”. Aku semakin tercengang, tak ada yang bisa aku katakan, kado itu berisi satu buah bola keluaran terbaru dan terlihat seperti bola yang bekualitas. Kemudian aku mengambilnya dan melihat keseluruhan bola itu, ternyata itu memang bola yang sangat bagus, terdapat tulisan “ Made In Germany “ pada bola itu, aku semakin tak percaya dengan apa yang kulihat dan entah bagaimana aku bisa berterima kasih kepada keluargaku. Aku sangat berterima kasih kepada kedua orang tuaku.
Akhirnya aku kembali rutin berlatih setelah tidak latihan selama dua kali pertemuan, aku bilang kepada Alan bahwa aku sedang sakit atau tidak enak badan. Lalu, Beberapa bulan kemudian aku mendengar kabar dari wali kelasku bahwa dua minggu lagi akan ada penerimaan raport hasil ujian. Sama halnya dengan temanku yang lain, aku sangat takut menghadapinya.
Keesokan harinya aku merasa sangat berbeda, aku sangat penuh semangat, karena tadi malam pelatihku mengabariku untuk datang latihan hari ini karena akan diadakan pertandingan persahabatan dengan SSB lain. Aku dan rekan se – timku melakukan pemanasan seperti biasanya, dan akhirnya lawanku datang, aku semakin bersemangat menghadapinya. Pertandingan pun dimulai, timku menguasai jalannya pertandingan, sampai babak pertama usai timku telah unggul dengan kemenangan 2 – 0, namun kami tak boleh sombong terlebih dahulu. Pada saat istirahat turun minum, pelatih memberi pengarahan dan mengganti beberapa pemain, untungnya aku tidak diganti, justru pelatih malah memberiku pujian karena permainanku yang bagus. Pada babak kedua, timku menambah keunggulan dan babak kedua hampir usai, namun karena tim musuh sudah putus asa, salah satu pemain mereka bermain kasar kepadaku, tulang ditelapak kakiku pun retak, aku merasakan sakit yang amat pedih. Namun bukan itu yang kupikirkan, aku justru memikirkan bagaimana nasibku, kaki adalah satu – satunnya aset paling berharga bagi pemain bola. Aku dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan. Aku juga takut bagaimana reaksi orang tuaku ketika mendengar kabar ini.
Aku diantar oleh pihak SSB pulang, sesampainya di rumah aku langsung memberi tau orang tuaku apa yang terjadi, mereka sedih sekaligus kecewa mendengar kabar ini. Aku seakan – akan kehilangan dukungan dari orang tuaku. Aku tetap sekolah meskipun kesulitan dan terkadang harus menggunakan bantuan tongkat. Dua minggu telah berlalu, sekolahku libur karena ada penerimaan raport siswa, wali murid lah yang datang mengambil raport para murid. Setelah pulang dari mengambil raport, orang tuaku langsung menunjukan hasil nilaiku, ekspresi mereka terlihat tidak senang saat memberikan raport itu. Ternyata nilaiku menurun sangat jauh, orang tuaku memarahiku, bahkan sampai menyuruhku untuk berhenti bermain bola, yang paling menyakitkan adalah mereka mengatakan bahwa mereka menyesal membelikan sepatu dan bola itu, dan mereka juga tidak memberikan dukungan lagi. Itu semua karena aku jarang belajar dan jarang mengerjakan tugas, itu karena aku kelelahan sehabis latihan. Dan yang paling parah, sholat dan ibadahku sering ada yang tidak aku kerjakan karena tidak sempat dan terlalu mementingkan latihan itu.
Aku sangat menyesal dengan yang telah aku lakukan. Dan yang menambah pikiranku adalah aku sangat kasihan kepada Alan karena dia harus berangkat latihan sendiri, meskipun terkadang ada temannya yang berangkat bersamanya. Lima bulan telah berlalu, selama itu aku sudah memperbaiki diriku, aku sekarang menjadi lebih rajin belajar dan tidak ada sholat dan ibadah yang aku lewatkan. Nilai – nilai ku naik pesat, dan Penerimaan raport kenaikan kelas akan diadakan satu minggu lagi. Seperti yang aku rasakan saat penerimaan raport sisipan, meskipun nilaiku tinggi namun tetap saja rasa takut masih ada di pikiranku. Dan kabar baiknya lagi, kakiku sudah sembuh total dan bisa bermain bola lagi, hanya saja aku masih takut. Secara pelan – pelan aku meminta izin kepada orang tuaku untuk bermain sepak bola lagi. Awalnya aku sangat takut untuk mengatakan ini, namun aku harus memberanikan diri demi cita – citaku. Aku sangat kaget mendengar jawaban orang tuaku, mereka memberiku ijin untuk bermain bola lagi.
“ Tapi dengan satu syarat..” Sahut Ibuku.
“ Apa itu..?” Tanyaku membalas.
“ Kamu tidak boleh lupa pada tugasmu, kamu harus bisa membagi waktu dan disiplin..!! “ Kata Ibu member syarat.
“ Baik, Bu “ Jawabku dengan tegas.
Aku sangat senang dengan jawaban ibu. Aku kembali berlatih bersama temanku, hanya saja aku harus membiasakan diri kembali dan harus hati – hati dengan kakiku yang sudah lima bulan tidak menyentuh bola. Kabar gembira lainnya datang dari pelatihku, Karena akan diadakan “ Gubernur Cup “ beberapa minggu lagi. Meskipun sudah lima bulan tidak menyentuh bola, namun keahlianku memainkan si kulit bundar tidak hilang. Selama waktu yang tersisa aku terus berlatih baik di latihan maupun di rumah.
Hari pelaksaan tunamen telah tiba, aku dan rekan se-timku menjalani turnamen ini dengan penuh semangat. Turnamen ini berlangsung selama kurang lebih satu minggu, senang dan susah kami lalui bersama. Akhirnya, meskipun kami tidak bisa menempati podium pertama, kami berhasil menjadi Runner Up atau juara kedua. Aku sangat bersyukur mendapat pencapaian dan pengalaman yang luar biasa. Keluargaku bangga atas prestasi yang telah kubuat. Semoga kedepannya aku terus bisa berkarir di dunia sepak bola.
Semoga perjalanan karirku lancar dan sukses,serta tidak mengalami hambatan yang besar seperti yang dialami dua idolaku, Ricardo Kaka dan Cristiano Ronaldo.Kaka, Dia mengalami patah tulang belakang, namun masih bisa disembuhkan dan berhasil sukses menjadi pemain sepak bola karena tekadnya yang kuat. Dan aku juga ingin jika saja aku sudah sukses nanti aku bisa membahagiakan orang tuaku, membalas jasa yang telah mereka berikan, tidak seperti yang dialami Cristiano Ronaldo. Ayahnya meninggal dunia saat Ronaldo telah berhasil meraih impiannya, dia menjadi pemain sepak bola terbaik di dunia.






  • Tema : Perjuangan Menggapai Impian

  • Judul : Berharap Ada Harapan

  • Alur : Alur Maju

  • Penokohan : Raka – Penuh semangat, pantang menyerah, bertekad baja
Alan – Setia kawan, pantang menyerah

  • Pokok – pokok cerita :
    • Raka hobi bermain sepak bola dan bahkan bercita – cita ingin menjadi pemain sepak bola.
    • Aku memiliki teman seperjuangan yang bernama Alan
    • Aku mengorbankan sepatu kesayanganku demi pelajaran yang berharga
    • Aku mendapatkan hadiah ulang tahun dari keluargaku berupa sepatu sepak bola dan juga bolanya
    • Aku mengalami cidera, kakiku retak dan tidak bisa bermain bola lagi
    • Aku kehilangan dukungan dari orang tuaku karena nilai raport yang buruk dan tidak mengerjakan tugasku serta tidak disiplin waktu
    • Aku memperbaiki diriku, menghilangkan kebiasaan buruk dan akhirnya nilai raportku kembali naik dengan pesat
    • Aku meminta izin kepada orang tuaku untuk kembali bermain sepak bola lagi
    • Aku dapat membanggakan kedua orang tuaku, karena timku berhasil meraih juara kedua pada turnamen

  • Amanat
    • Gantunglah cita – citamu setinggi langit kemudian raihlah cita – citamu tersebut
    • Jangan pernah menyerah ataupun terhenti oleh sesuatu hal demi meraih kebaikan
    • Tekad yang besar akan menghasilkan hasil yang besar pula









0 komentar: